Dark/Light Mode
- Ketua MUI Baros Beri Pesan Sejuk Di Sosialisasi PNM Mekaar
- Dipolisikan Nurul Ghufron, Ketua Dewas: Kami Sama Sekali Nggak Takut!
- KPK Lelang 2 Mobil Jeep Cherokee Milik Eks Walkot Bekasi Rahmat Effendi
- Gempa Terkini Magnitudo 5,3 Guncang Papua, Getaran Terasa Hingga Mamberamo Raya
- TPPU SYL, KPK Sita Mobil Mercy Sprinter Dan New Jimny
Sebelumnya
Belum setahun menjabat, saat mengunjungi Pabrik Gula di Mojokerto, Jatim, Mei 2015, Presiden menyinggung soal mafia. Cara para mafia ini bekerja, kata Jokowi, dengan menekan Pemerintah atau pejabat terkait untuk mengeluarkan izin impor.
“Saya mengerti siapa yang main gula. Siapa main migas. Siapa main minyak. Saya tahu bener, itulah tantangan-tantangan kita,” kata Presiden.
Baca juga : Menagih Solusi Papua
Rupanya, tantangan itu sangat berat. Karena, enam tahun kemudian, di periode keduanya, Presiden mengeluarkan kata yang sangat agresif: benci.
“Produk-produk dalam negeri gaungkan. Gaungkan juga benci produk-produk luar negeri. Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri,” tegas Presiden saat membuka Rakernas Kementerian Perdagangan di Jakarta, Kamis (4/3).
Baca juga : Heboh “Nyanyian” Krisdayanti
Dua hari lalu pernyataan “jangan impor” kembali ditegaskan Presiden. Kali ini tentang impor baja yang bisa menghemat devisa sampai Rp29 triliun. Kemarin, Presiden juga menyinggung mafia tanah.
Semestinya, warning “jangan impor” atau “mafia” ini sudah teratasi karena isunya sudah sangat lama. Mata rantai yang hilang antara tekad Presiden dengan langkah-langkah anak buahnya di lapangan, seharusnya sudah teratasi.
Persoalan serius ini perlu dicari jalan keluarnya. Segera. Kalau tidak, penegasan dan tekad Presiden lambat laun bisa terdegradasi menjadi pernyataan biasa, hambar dan tak bertenaga.
Apakah untuk mengatasi masalah ini, Presiden perlu memberi tugas dan jabatan baru (lagi) kepada Luhut Binsar Pandjaitan? Atau, menunjuk Menkes Budi Sadikin untuk menyembuhkan Indonesia dari kecanduan impor? (*)
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.