Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Pertamina Hulu Energi OSES Lepas Liar 6.502 Ekor Tukik Di Pulau Seribu
- Kadin Dorong UMKM Naik Kelas Hingga Mampu Tembus Pasar Global
- Hore, Ada Penambahan Produksi Gas Dari EMP Bentu Dari Proyek BCP Seng
- Kemenkominfo Sampaikan Perkembangan Pembangunan IKN Kepada Masyarakat Manado
- Laba Bersih Tembus 43 Miliar, GMFI Catatkan Kinerja Moncer Di Kuartal l 2024
![Satelit Starlink Satelit Starlink](https://rm.id/images/img_bg/img-750x390.jpg)
RM.id Rakyat Merdeka - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) meminta penerapan regulasi yang fair pada sektor bisnis telco, seiring akan masuknya satelit Starlink (PT Starlink Services Indonesia). Hal itu penting agar semua perusahaan di sektor telekomunikasi memberikan kontribusi untuk negara.
Starlink akan mulai beroperasi pada September mendatang dengan menghadirkan layanan direct to cell, yakni layanan yang menyediakan jaringan langsung untuk perangkat seluler.
Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah mengatakan, sama seperti penyelenggara jasa telco lain yang telah beroperasi lebih dulu di Indonesia, diharapkan Starlink ikut berkontribusi terhadap pembangunan infrastruktur telekomunikasi.
Untuk itu, penerapan regulasi juga harus adil. Seperti memenuhi kewajiban apa pun yang selama ini diterapkan ke operator, baik kewajiban yang bersifat finansial maupun yang bentuknya komitmen pembangunan di sektor infrastruktur telco.
“Kami harap ada fair playing field dan mereka juga akan memberikan kontribusi yang sama kepada negara kita,” ujar Ririek di Jakarta, Senin (10/6/2024).
Baca juga : PPP Diminta Tetap Solid
Tak hanya itu, Starlink diharapkan bisa bekerja sama dengan operator lokal dalam menyelenggarakan jasa telekomunikasi di dalam negeri.
Sebagai informasi, Telkom melalui anak usahanya, yaitu PT Telkomsat, juga telah menjalin kerja sama dengan Starlink sebagai backhaul untuk melayani segmen korporasi atau Business to Business (B2B).
“Sebaiknya, memang ada kerja sama dengan operator setempat sebagaimana yang terjadi di negara lain,” katanya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, dalam meningkatkan kapasitas kualitas layanan internet kepada pengguna, sejumlah infrastruktur seperti BTS (Base Transceiver Station) ataupun fiber optik masih dibutuhkan saat ini, maupun di masa mendatang.
“Menurut saya, BTS masih diperlukan. Karena dalam jaringan seluler itu, penambahan kapasitas lebih mudah pakai BTS. Satelit juga fleksibel, tapi ada kendala. Termasuk intervensi dan lain-lain,” terangnya.
Baca juga : Tok, Bang Anies Masuk Rekom Banteng Jakarta
Ia membeberkan, satelit memiliki keunggulan dari sisi jangkauan layanan. Sehingga hal itu dapat membantu pemerataan akses internet di pelosok Tanah Air.
Kendati demikian, imbuh Ririek, kapasitasnya tidak akan bisa mengalahkan fiber optik dan wireless.
Bahkan, selain tidak bisa ditingkatkan kapasitasnya, layanan satelit Starlink juga memiliki kelemahan dari sisi gangguan. Seperti koneksinya tidak akan sampai ke pengguna jika terhalang gedung atau cuaca. Begitu juga, ketika hujan, bakal terganggu karena menggunakan pita frekuensi tinggi.
Pasalnya, semakin tinggi frekuensi, semakin susah untuk menembus ke dalam bangunan. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki humiditas yang cukup tinggi.
“Karena sering hujan, tingkat kerentanan terhadap hujan sangat tinggi. Seluler itu, karena frekuensi yang dipakai lebih rendah, maka masih bisa untuk sekedar di dalam ruangan,” katanya.
Baca juga : Prof Mahfud Mulai Galak Lagi
Karena itu, dia meyakini, ke depan BTS akan tetap dibutuhkan, bersamaan dengan satelit yang juga diperlukan untuk memperluas jangkauan layanan internet di remote area dan 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
“Sebetulnya (BTS dan satelit) akan saling melengkapi. Saya yakin, Starlink akan menjadi pelengkap dan lebih efektif untuk daerah 3T. Karena BTS kan tidak ada di sana, (investasinya) terlalu mahal,” ungkapnya.
Sebelumnya, Senior Vice President (SVP) Corporate Communication & Investor Relations Telkom Ahmad Reza menerangkan, layanan Starlink dapat dimanfaatkan secara B2B untuk mendukung transportasi atau backhauling antar tower di area terpencil yang tidak terjangkau fiber optik atau microwave.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya