Dark/Light Mode

Perang Sudah Jadi Bencana Kemanusiaan

Dubes Ukraina Ngarep RI Bujuk Rusia Stop Perang

Selasa, 22 Maret 2022 07:31 WIB
Pemakaman seorang tentara Rusia di Kota Kostroma. Ia jadi korban perang Rusia dan Ukraina. (Foto BBC)
Pemakaman seorang tentara Rusia di Kota Kostroma. Ia jadi korban perang Rusia dan Ukraina. (Foto BBC)

 Sebelumnya 
Akibat perang yang dimulai sejak 24 Februari lalu, lebih dari 800 warga sipil termasuk anak-anak tewas. Menurut Hamianin, setidaknya ada 30 atau 40 anak-anak yang tewas dan tidak bisa diidentifikasi.

Pada kesempatan berbeda, Hamianin melalui keterangan tertulisnya, Minggu, (20/3), menepis tuduhan Rusia soal adanya laboratorium senjata biologis yang dibiayai Pemerintah Amerika Serikat.

Baca juga : Presiden Jokowi Direncanakan Buka FASI XI BKPRMI Di Palembang

“Pertama, Rusia sering terbukti berbohong di depan umum, dan ini adalah kebohongan lain yang mereka sebarkan ke publik. Kedua, Rusia merupakan negara yang terbukti memiliki senjata biologis dan nuklir,” bebernya.

Dia menilai, Rusia sengaja membuat tuduhan tersebut untuk mengalihkan isu pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Rusia. Tanggapan Dubes Hamianin senada dengan temuan cek fakta kantor berita Inggris, BBC, yang merilis fakta-fakta secara independen pada 13 Maret lalu.

Baca juga : Penuhi Kebutuhan Masyarakat, Sinar Mas Kerek Produksi Migor

Yakni, Pemerintah AS mendirikan “Program Pengurangan Ancaman Biologi” pada 1990-an menyusul kejatuhan Uni Soviet guna mengurangi risiko senjata biologis yang ditinggalkan di berbagai negara, termasuk Ukraina.

Melalui program ini, beberapa laboratorium tertentu menerima pendanaan dari AS untuk modernisasi dan perlengkapan. Namun, fasilitas tersebut dikelola Ukraina.

Baca juga : Cari Bantuan Lawan Rusia, Presiden Ukraina Ngelamar Jadi Anggota UE

Departemen Pertahanan AS telah bermitra dengan Kementerian Kesehatan Ukraina sejak 2005 untuk meningkatkan kualitas laboratorium-laboratorium kesehatan umum Ukraina.

BBC mengunjungi laboratorium tersebut dan berbincang dengan sejumlah individu yang terlibat dalam riset tersebut. Hasilnya, BBC tidak menemukan bukti-bukti yang mendukung tudingan Rusia itu. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.