Dark/Light Mode

Nggak Terima Dibilang Nuduh China Lancarkan Serangan Siber

ASPI: Tudingan China Lucu Banget, Nggak Masuk Akal

Sabtu, 20 Juni 2020 15:15 WIB
Direktur Eksekutif ASPI, Peter Jennings (Foto: ASPI)
Direktur Eksekutif ASPI, Peter Jennings (Foto: ASPI)

 Sebelumnya 
"Di satu sisi, kami juga memiliki fakta, bahwa China cukup konsisten melakukan serangan siber terhadap Australia. Mereka pernah melakukannya terhadap parlemen Australia pada tahun 2011, Badan Meteorologi pada 2016, dan Australian National University pada 2018," papar Jennings.

"Apa yang terbaru, terutama bila dikaitkan dengan rilis pemerintah kemarin? Saat ini, usaha China untuk melakukan serangan siber terus meningkat. Terutama, sejak pandemi Covid berjangkit. Sangat penting bagi kalangan bisnis Australia, untuk meningkatkan level keamanan sibernya, jika tak ingin menjadi sasaran penyerangan," imbuhnya.

Baca juga : Bantah Lakukan Serangan Siber, China Sebut Australia Lebay

ASPI didirikan oleh pemerintah federal Australia pada tahun 2001. Dalam situsnya disebutkan, kegiatan operasional ASPI sebagian didanai oleh Kementerian Pertahanan Australia. Sponsor lembaga think tank itu antara lain adalah sejumlah industri pertahanan seperti Lockheed Martin, Thales, dan MBDA Missile Systems.

Jennings mengatakan, industri pertahanan memainkan peranan yang sangat penting dalam keamanan Australia.

Baca juga : Jelang PON, Panitia Pasarkan Kerajinan Tradisional Khas Papua

"Para pemimpin top level China ingin memahami pola pikir para politikus Australia. China tampaknya juga ingin mencuri kekayaan intelektual kami," ungkap Jennings.

Tahun lalu, ASPI menerbitkan laporan yang menyebut aplikasi video populer TikTok adalah vektor sensor dan pengawasan di China.

Baca juga : Prabowo Tuding Ada Kecurangan

Lembaga think tank itu juga mempublikasikan penelitian tentang koneksi global dan Australia dari Global Tone Communication (GTCOM), sebuah perusahaan penambangan data global yang mayoritas dimiliki oleh Pemerintah Cina.

Pada Oktober 2019, Four Corners dan Background Briefing mengungkap, GTCOM telah menandatangani nota kesepahaman dengan University of New South Wales untuk menguji teknologinya. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.