Dark/Light Mode

Living Qur`an (9)

Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (1)

Rabu, 20 Maret 2024 05:51 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Kata la ilah dalam syair-syair sufistik orang bijak (hukama) lebih banyak menekankan makna anagogisnya. Para sufi lebih banyak menghabiskan waktu malamnya untuk bermujahadah, bertafakkur, bertadzakkur, dan mendaki menuju Tuhan. Mereka berterima kasih kepada al-lailah (malam) karena selalu memberikan kesyahduan dan menemani kesendirian mereka.

Perhatikan ungkapan Imam Syafi’: Man thalab al-ula syahir al-layali (barangsiapa yang mendambakan martabat utama banyaklah berjaga di waktu malam). Kata al-layali di sini berarti keakraban dan kerinduan antara hamba dan Tuhannya.

Baca juga : Menggetarkan Hati Dengan Al-Qur`an

Dalam Al-Qur’an, di antara ke 93 kata lail tidak sedikit di antaranya menunjukkan makna alegoris dan anagogis di samping makna literalnya. Di antara ayat yang menekankan makna anagogis kata lailah ialah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad yang dilakukan di malam hari (Q.S. Al-Isra’/17:1), keutamaan shalat tahajjud (Q.S. Al-Isra’/17:79), dan pertobatan di malam hari (Q.S. Al-Dzariyat/51:17).

Kata al-lailah dalam ketiga ayat di atas mengisyaratkan malam sebagai rahasia untuk mencapai ketinggian dan martabat utama di sisi Allah SWT.

Baca juga : Membaca Ulang Al-Qur`an

Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan seolah-olah jarak spiritual antara hamba dengan Tuhan lebih pendek. Ini mengingatkan kita bahwa hampir semua prestasi puncak spiritual terjadi di malam hari.

Ayat pertama (Q.S. Al-’Alaq/96:1-5) diturunkan di malam hari, ayat-ayat tersebut sekaligus menandai pelantikan Muhammad SAW sebagai Nabi di malam hari. Tidak lama kemudian turun ayat dalam surah Al-Muddatstsir yang menandai pelantikan Nabi Muhammad sekaligus sebagai Rasul menurut kalangan ulama ‘Ulumul Qur’an.

Baca juga : Jika Hukum Takwini Dan Hukum Tadwini Bertentangan

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj, ketika seorang hamba mencapai puncak maksimum (sidrah al-muntaha) juga terjadi di malam hari. Yang tidak kalah pentingnya ialah lailah al-qadr khair min alf syahr (malam lailatul qadr lebih mulia dari ribuan tahun), bukannya siang hari Ramadlan (nahar al-qadr). Bersambung

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 2, edisi Rabu, 20 Maret 2024 dengan judul "Living Qur’an (9), Penghayatan Baru Terhadap Lailatul Qadr (1)"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.