Dark/Light Mode

Soal Banjir Jakarta

Anies Melawan Kritik Dengan Kata Dan Data

Senin, 15 November 2021 08:30 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Foto: Facebook Anies Baswedan)
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Foto: Facebook Anies Baswedan)

 Sebelumnya 
Itu soal banjir per lokasi. Secara makro, Yayat menilai program sumur resapan tidak akan maksimal. Karena tidak bisa menyimpan air ketika hujan ekstrim. “Kalau ekstrem, penanganannya harus ekstrem. Contohnya normalisasi, butuh relokasi warga. Kalau tidak dilakukan, ya harus menerima banjir,” cetusnya.

Sebut saja di Cipinang Melayu yang merupakan cekungan. Baik dari aliran sungainya maupun daerah yang lebih tinggi. Kata Yayat, seharusnya warga di sana direlokasi dan daerahnya dibuat waduk. Mengingat, Jakarta kekurangan kolam penampung air.

Kritik juga datang dari Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga. Kata dia, Anies tidak siaga, tidak siap, dan tidak mengantisipasi banjir dengan serius. Alasannya, kegiatan grebek lumpur seharusnya dilakukan sepanjang tahun. Pemasangan alat pencatatan curah hujan di 267 kelurahan tidak akan bermanfaat banyak mengurangi hujan. Sekadar memberi informasi saja.

Baca juga : DDSM Tak Miliki Hubungan Kepemilikan Dengan Dompet Dhuafa

Selain itu, pembangunan drainase vertikal lebih tepatnya sumur resapan di tepi jalan dan di atas trotoar yang sedang mubazir. Karena hanya membantu mengurangi genangan lokal, tetapi tidak mengurangi banjir secara signifikan, dan memboroskan anggaran, meski menggunakan dana PEN dari pemerintah pusat. Begitu juga penambahan pompa mobile. Tidak akan banyak membantu jika Pemprov DKI tidak serius mengatasi sumber penyebab banjir.

Untuk menyelesaikan persoalan banjir, kata Nirwono, Pemprov DKI harus membenahi 13 sungai utama, merelokasi permukiman warga, memperlebar dan memperdalam sungai. “Untuk mengatasi banjir kiriman yang terjadi kemarin hingga siang ini seperti di Kali Ciliwung dan Kali Pesanggrahan,” ujarnya.

Pemprov juga perlu merevitalisasi 109 danau yang ada di Jakarta dan menambah 20 waduk baru sampai dengan 2030 utk menampung luapan air dari sungai maupun saluran air terdekat. Penambahan ruang terbuka hijau perlu dilakukan sebagai daerah resapan air.

Baca juga : Sambangi Pati, Anis Matta Dan Fahri Hamzah Tampung Curhat Nelayan

“Merestorasi kawasan pesisir pantai sepanjang 500 meter ke arah daratan bebas bangunan dan permukiman untuk mengatasi banjir rob seperti yang terjadi di Martadinata, Penjaringan, dan Pluit,” pesan Nirwono.

Namun, loyalis Anies, Geisz Chalifah menganggap penanganan banjir yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta sudah baik. Komisaris PT Ancol ini bahkan, menyebut kinerja yang dilakukan Anies sudah lebih baik dari gubernur-gubernur sebelumnya. Buktinya, dengan curah hujan yang sedemikian lebat, banjir hanya terjadi di beberapa tempat. Hal itu bisa dilihat di BPBD DKI.

Soal kritik kepada Anies, Geisz menganggap wajar. Karena selama Anies menjadi Gubernur DKI, banyak pihak yang ingin menaikkan popularitas. Nebeng lewat Anies dengan cara mengkritik. Cara ini dianggap mudah, karena yang bersangkutan tidak memiliki prestasi secara individu.

Baca juga : Pulihkan Kota Batu, Sandiaga Bentuk Tim Manajemen Krisis Kepariwisataan

“Saran saya: gak usah ketakutan sama Anies. Anies gak punya partai dan gak punya dana. Jangan hidup di bawah alam ketakutan yang dibuat sendiri. Itu pecundang,” pungkasnya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.