Dark/Light Mode

Perang Rusia-Ukraina Ancam Krisis Pangan

Sri Mulyani Ketar-ketir

Kamis, 23 Juni 2022 06:50 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. (Foto : Istimewa).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. (Foto : Istimewa).

 Sebelumnya 
“Karena yang berperang itu juga merupakan produsen energi dunia, dia juga produsen gandum, dia juga produsen pupuk, produsen minyak goreng non CPO, makanya spill over-nya keseluruh dunia,” kata Sri Mul.

Sehingga hal tersebut menyebabkan semua negara di dunia sedang berkecamuk dalam harga energi dan harga pangan yang melonjak naik akibat perang tersebut. “Kalau harga energi naik, harga pangan naik, itu masuk dalam SDGs nomor berapa? Kita bicara tentang Food Security, Zero Hunger, itu SDGs nomor 2. Kita bicara tentang affordability terhadap clean energy, itu nomor 7. Kita dihadapkan pada pandemi yang menyebabkan sehingga kemiskinan naik, itu SDGs nomor 1,” jelas Sri Mul.

Baca juga : Perangi Korupsi, Xi Jinping Awasi Bisnis Pejabat Dan Keluarganya

Untuk menghadapi krisis pangan itu, Sri Mul akan menggunakan semua instrumen kebijakan regulasi, termasuk APBN. Tujuannya, agar masyarakat terlindungi dan tidak terlalu terguncang dengan dampak yang ditimbulkan akibat krisis pangan.

Misalnya, APBN digunakan untuk memajukan desa dalam menghadapi kemiskinan, ketimpangan, kesejahteraan, dan keadilan agar tercapai SDGs. Apalagi sudah ada dana desa yang sudah terus diberikan melalui APBN langsung kepada desa. “Lebih dari Rp 468 triliun semenjak dana desa itu diatur oleh Undang-Undang (UU) dan kemudian dialokasikan secara terus menerus di dalam APBN,” tandasnya.

Baca juga : Urusan Bisnis Jangan Dipolitisir

Dengan diresmikan SDGs Desa Center, Sri Mul mengaku senang karena desa-desa sekarang sudah terdapat data collection. Data-data dikumpulkan menjadi basis untuk membuat kebijakan musyawarah desa. “Desa-desa di Indonesia masih ada 20 ribu yang connection internetnya masih perlu diperbaiki, maka kita membangun untuk itu,” cetusnya.

Untuk diketahui, perang Rusia-Ukraina diikuti larangan ekspor terhadap barang tertentu di beberapa negara. Seperti Rusia menahan pasokan gandum, biji bunga matahari, pupuk, pupuk nitrogen. India juga melarang ekspor gandum.

Baca juga : Jokowi: Ancaman Krisis Pangan Bisa Jadi Peluang

China juga ikut-ikut melarang ekspor pupuk. Ukraina membatasi ekspor unggas, telur, minyak bunga matahari dan daging sapi. Indonesia sendiri sempat melarang ekspor CPO dan turunannya namun sudah dibuka kembali. Atas persoalan tersebut, tak heran bila kemudian muncul krisis pangan dan energi.

Presiden Jokowi sudah berkali-kali mengingatkan krisis pangan dan energi dalam berbagai forum. Sebab, krisis pangan itu sudah terjadi di depan mata dan mengancam terganggunya stok pangan dunia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.