Dark/Light Mode

Mulai Ambil Langkah Tegas

Jokowi Bosen Main Halus

Senin, 4 Februari 2019 10:35 WIB
Jokowi saat menerima dukungan dari ribuan peserta Koalisi Alumni Diponegero di kawasan Kota Lama, Semarang, Minggu (3/2). (Foto: Istimewa).
Jokowi saat menerima dukungan dari ribuan peserta Koalisi Alumni Diponegero di kawasan Kota Lama, Semarang, Minggu (3/2). (Foto: Istimewa).

 Sebelumnya 
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, cara terbaik menangkal kabar bohong atau hoaks adalah menjabarkan fakta dan data. Misalnya, dituduh antek asing dan anti-ulama. Maka menjawabnya dengan menjelaskan bagaimana pemerintahan saat ini berhasil merebut Freeport hingga mengembalikan pengelolaan Blok Rokan dan Blok Mahakam ke pangkuan Ibu Pertiwi. Selanjutnya, kata Jokowi, pemerintah juga mendorong RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan serta kerap mengunjungi pondok pesantren dalam setiap kunjungan kerjanya. Hal itu bertolak belakang dengan anggapan Jokowi yang pro asing serta anti-ulama. 

"Yang benar dibalik menjadi salah. Yang salah dibalik menjadi benar. Saya sebenarnya empat tahun ini diam, saya hanya ingin kerja saja. Jangan dipikir saya sabar, saya dihina dimaki, dipikir saya penakut? Saya sampaikan berkali-kali, tidak ada rasa takut sekecil apapun yang hinggap di hati saya untuk kepentingan bangsa, rakyat, negara," tegasnya lagi.

Baca juga : Jokowi Bagikan 257 Sertifikat Tanah Wakaf

Jokowi menduga serangan kebohongan tersebut berasal dari teori propaganda Rusia. Teori tersebut digunakan oleh konsultan asing yang disewa sejumlah pihak untuk memecah belah masyarakat. Tujuan propaganda Rusia memang membuat rakyat ragu. “Sehingga rakyat menjadi ragu. Memang teorinya seperti itu. Yang dipakai konsultan asing, ya nggak mikir ini memecah belah masyarakat," ujarnya.

Meski demikian, Jokowi tetap mengajak seluruh pihak menjaga etika berpolitik, khususnya menjelang pemilu April mendatang. Dengan begitu, persatuan bangsa tetap terjaga. Terakhir, Jokowi menjelaskan untuk mengurus negara dibutuhkan pengalaman dalam pemerintahan. Mengelola negara tidak gampang, banyak tantangan dan hambatan di lapangan. Jangan dipikir mengelola negara sebesar Indonesia dengan perbedaan suku, agama, bahasa, adat, tradisi, ini mudah. “Apalagi belum pengalaman," ucapnya.

Baca juga : Jangan Lawan Hoaks Dengan Hoaks

Untungya, dia sudah mendapat banyak pengalaman di pemerintahan dari walikota 2 periode, dan gubernur DKI Jakarta. ”Mengelola 600 ribu (penduduk di Solo), kemudian 10 juta (penduduk di DKI), kemudian masuk level nasional. Tahapan-tahapan itu saya lalui," ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.