Dark/Light Mode

Prokes Dan 3T Wajib Dijalankan

BGS: Strategi Utama Bukan Cuma Vaksin

Senin, 1 Februari 2021 07:00 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Foto: Tedy Kroen/RM)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (Foto: Tedy Kroen/RM)

 Sebelumnya 
Soal vaksinasi, apakah dosis yang dibeli, sudah mencukupi kebutuhan masyarakat?

Saya cerita sedikit tentang vaksinasi. Mulai dari proses pengadaan, logistik, kemudian penyuntikannya. Dari pengadaannya, kita membutuhkan sekitar 426 juta vaksin untuk memvaksinasi 181 juta orang. Masing-masing dua dosis.

Kemudian, kita juga sudah mengamankan 15 persen cadangan vaksin. Baik yang sudah mendapatkan kepastian produksi atau belum.

Tapi, itu pun masih tergantung kita. Apakah kita mau deliver atau tidak. Itu totalnya ada 600-an juta lebih. Jadi, angkanya sudah di atas kebutuhan kita yang 426 juta.

Kenapa harus ada cadangan vaksin?

Baca juga : Banjir Di Halmahera Utara, 1.801 Orang Ngungsi

Karena takutnya, ada vaksin yang tidak lolos di BPOM. Lalu, ada juga kemungkinan vaksin yang produksinya gagal atau mundur. Atau, bisa saja negara produsen vaksin tiba-tiba memutuskan untuk mengamankan kebutuhan domestik mereka. Sehingga, tidak bisa ekspor keluar. Itu sebabnya, kita membutuhkan cadangan vaksin.

Nah, untuk pengadaan vaksin, kita sudah tahu pemerintah mengadakannya dari Sinovac China, Novavax dari Amerika-Kanada, Astrazeneca dari Inggris, kemudian ada BioNTech Pfizer dari Jerman-Amerika.

Kemudian kita juga ambil empat produk, empat juridiksi yang berbeda. Supaya, jika ada risiko negara menutup keran ekspornya, kita masih bisa punya alternatif dari tempat yang lain.

Itu dari sisi pengadaan vaksinnya. Diharapkan, bisa selesai dalam waktu 15 bulan. Mulai Januari 2021 sampai Maret 2022. Terkait hal ini, Bapak Presiden sudah memberikan arahan, agar bisa dipercepat menjadi 12 bulan.

Tantangan vaksinasi lainnya, kira-kira seperti apa?

Baca juga : Besok Pagi, Jokowi Terima Suntikan Vaksin Covid

Tantangan besar lainnya adalah soal logistik vaksin. Sebelum pandemi, Indonesia bisa punya 100 jutaan vaksin setahun, yang sebagian besar adalah vaksin anak-anak. Itu tidak bisa kita berhentikan. Karena vaksinasi untuk anak, harus tetap jalan.

Sekarang, harus ditambah 426 juta vaksinasi. Waktunya setahun. Jadi, jumlah vaksinnya hampir lima kali lipat, dengan jumlah orang yang divaksinasi jauh lebih banyak.

Kita sedang mati-matian memastikan logistiknya siap. Baik di provinsi, kabupaten dan kota, termasuk juga kesiapan di Puskesmas. Logistiknya menjadi lebih complicated, karena barangnya ada 4. Kan ngga mungkin, disuntik pertama pakai Sinovac, berikutnya pakai Novavax. Itu tidak boleh.

Jadi, logistiknya harus benar-benar diatur, mengikuti suntikan yang pertama didapatkan. Selain itu,  persoalan logistik juga semakin kompleks, karena 3 dari 4 vaksin harus dalam suhu antara 2 sampai 8 derajat celcius.

Kalau fasilitas dan vaksinator bagaimana, Pak? Apakah sudah siap?

Baca juga : Walikota Bekasi Utamakan Nakes Untuk Vaksin Covid

Kami sudah mendaftar,ada 22 ribu titik vaksinasi. Mulai dari RS, klinik, dan puskesmas. Tapi, ketika kita sudah sharing, fasilitas yang siap hanya berjumlah 13.400.

Selain itu, kita juga sudah data penyuntik atau vaksinatornya. Itu ada 30 ribu. Itung-itungan kita, kalau satu orang sehari bisa nyuntik 30, artinya ada 900 ribu vaksinasi per hari. Atau 27 juta sebulan.

Dengan asumsi hitungan seperti itu, cukuplah dalam 8 sampai 9 bulan selesai. Jadi kita lihat, ternyata critical issue-nya lebih ke vaksinnya. Tapi tetap, penyuntikannya membutuhkan banyak vaksinator. Cara menyuntiknya pun mesti benar.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.