Dark/Light Mode

Kasus Papua, Sampai Kapan?

Selasa, 19 Juli 2022 06:39 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Ada penembakan di Papua yang menewaskan 10 orang warga sipil. Ada pula kasus yang menewaskan Brigadir J.

Kejadian itu memiliki gaung berbeda-beda. Kenapa? Tentu banyak penjelasan dengan jawaban yang berbeda pula. Tapi keluarga yang ditinggalkan punya perasaan sama: luka sangat dalam. Sedih tak terperi.

Baca juga : Kendalikan Harga!

Seperti video yang beredar di media sosial, kita melihat bagaimana ibu Brigadir J menangis meraung-raung memeluk peti jenazah anaknya. Anak yang diharapkan mengangkat derajat keluarga, pulang ke Jambi tinggal nama dan jasad.

Di Palu, Sulawesi Tengah, salah seorang korban penembakan di Papua, juga pulang dibalut kesedihan. Namanya Mahmud Ismaun. Usia 53. Bekerja sebagai sopir seorang pejabat di Papua.

Baca juga : Jangan Ada Teguran Keempat

Sebelum merantau ke Papua, dia menjadi tukang listrik di Palu. Bertekad memperbaiki ekonomi keluarga, juga ingin melihat anaknya bisa kuliah, dia memutuskan berangkat ke Papua.  Mengadu nasib.

Seperti disampaikan istrinya, saat berangkat Mahmud berpesan: sebelum anakku bergelar sarjana, aku tidak akan pulang.

Baca juga : Sri Lanka Dan Pesan Filipino

Sekarang, dia pulang. Membawa luka dan duka. Pulang dengan peti mati dikelilingi atmosfer kesedihan. Duka yang sama, juga dialami para korban lainnya. Ada pendeta. Ada ustad. Ada pejuang keluarga. Mereka semua anak bangsa.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.