Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (49)

Jangan Mengkultuskan Pejabat

Jumat, 14 Juli 2023 06:00 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Memuja atau mengkultuskan figure pejabat atau penguasa adalah sikap yang tercela. Sebuah hadis dari Ali bin al-Husain, Nabi bersabda: “Jangan kalian memuja aku melebihi hakku, sesungguhnya Allah telah menjadikan aku sebagai hamba-Nya sebelum menjadikanku sebagai Nabi”. (HR Tabrani, Al-Mu’jam al-Kabir, Jilid 3, halaman 138).

Dalam hadis lain riwayat Sufyan mengatakan, Nabi bersabda: “Janganlah kalian berlebihan memujiku seperti orang Nasrani memuji Isa Ibnu Maryam, tetapi katakanlah: Hamba Allah dan rasul-Nya. (HR Tabrani, Al-Mu’jam al-Ausat, Jilid 2, halaman 265).

Baca juga : Jangan Menjadi Golput

Demikian pula dalam hadis Riwayat Ibn Mas’ud, yang menceritakan seorang lelaki berbicara dengan Nabi pada hari pembebasan kota Mekah (Fathu Makkah) lalu ia gemetar, maka Nabi mengatakan kepadanya: Santai saja, aku ini adalah anak seorang perempuan dari Quraiys yang memakan daging dendeng. (HR al-Hakim, Al-Mustadrak, Jilid 3, halaman 50).

Dalam kesempatan berbeda, Ummu Salamah pernah menceritakan, Nabi bersabda: Sesungguhnya aku adalah manusia seperti kalian, dan sesungguhnya engkau seka­lian mengadukan perkara kepadaku, maka semoga bukti di antara kalian jauh lebih baik dari yang lain sehingga aku dapat memutuskan perkaranya sesuai dengan yang aku dengar, maka barangsiapa yang perkaranya telah aku putuskan untuknya maka janganlah yang lain menuntutnya/mengambilnya karena sesungguhnya yang aku berikan padanya adalah bagian (potongan) dari api neraka. (HR Baihaqi, Assunan al-Kubra, Jilid 10. halaman 143)

Baca juga : Memperkenalkan Kebebasan Yang Terukur

Hadis-hadis tersebut di atas menunjukkan betapa Nabi Muhammad SAW memiliki jiwa dan sikap bersahaja dan penuh pengabdian kepada waega masyarakatnya, meskipun ia Kepala Negara, Nabi, dan Rasul. Kebersahajaannya bisa disaksikan, setiap selesai tidur selalu ada bekas tikar di punggungnya. Itu mengisyaratkan Nabi tidak tidur nyenyak di atas Kasur empuk.

Ia juga menjahit pakaiannya yang robek dan memasang kancingnya sendiri. Meskipun ia suku Quraisy yang dikenal paling tinggi martabatnya saat itu tetapi ia tidak segan bergaul dengan warga qabalah lain yang kastanya lebih rendah.

Baca juga : Kedudukan Etnik Quraisy

Nabi memberikan pelajaran kepada para sahabatnya agar tidak mengangkat derajatnya melampaui yang lain. “Yang paling mulia di sisih Allah ialah orang-orang yang bertaqwa” (Q.S. Al-Hujurat/49:13).

Nabi selalu menampilkan diri seorang hamba sebelum Allah mengangkatnya sebagai seorang Nabi. Seorang sahabat pernah berbicara dengan Nabi dengan gemetar, lalu Nabi mengatakan kepadanya: Biasa-biasa saja, aku ini hanyalah seorang anak dari seorang perempuan Quraisy yang juga memakan daging dendeng. Seorang pemimpin adalah manusia biasa seperti yang lain maka siapun pun harus tunduk kepada aturan dan hukum yang berlaku. Ia pernah mengatakan: “Seandainya putriku Fa­thimah mencuri maka iapun harus dipotong tangannya”. Siapapun yang melanggar aturan harus dihukum seperti yang lain.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.