Dark/Light Mode

Teosofi Haji (32)

Mengapa Kita Harus Thawaf?

Selasa, 25 Juni 2024 06:08 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Secara historis sudah dijelaskan dalam artikel terdahulu bahwa kegiatan thawaf adalah sebuah ibadah rutin mengikuti malaikat di Arasy lalu diikuti oleh Adam. Ka’bah memang hanya sebuah bangunan yang secara fisik tidak kelihatan istimewa seperti pusat-pusat penyembahan agama lain, akan tetapi Ka’bah disebut sebagai ”Rumah Allah” (Baitullah) dan ”Rumah Pembebasan” (Baitun ’Atiq).

Thawaf mengelilingi Ka’bah merupakan ikutan nenek moyang kita Adam dan Hawa yang kemudian diikuti para Nabi sesudahnya termasuk Nabi Muhammad SAW. Ini semua membuktikan manusia sebagai makhluk mikrokosmos, harus tunduk dan pasrah (islam) dan konsisten (istiqamah) kepada ketentuan Khaliq-nya.

Baca juga : Mengenal “Al-Qur’an Takwini” (2)

Muslim sejati, selain menyatakan kepasrahan total kepada Tuhan, ia juga harus memancarkan nilai-nilai pencerahan dan vibrasi kasih dalam kehidupan bermasyarakat. Bukannya menebarkan fitnah dan keresahan yang pada gilirannya akan menyulut konflik dan memperlemah sendi-sendi keutuhan dan kesatuan.

Sehebat apa pun seseorang pasti tidak pernah bebas dari kekeliruan dan kesalahan. Boleh jadi 24 jam tidak cukup bagi kita untuk membicarakan kelemahan seseorang, tetapi 24 jam juga tidak cukup untuk membicarakan kelebihan orang yang sama. Tuntutan orang-orang yang selalu mengidealisasikan figur manusia tanpa kelemahan dan kekurangan adalah tuntutan yang tidak realistis, bahkan absurd.

Baca juga : Makna Spiritual Thawaf

Namun, jargon ‘kelemahan manusia’ tidak bisa dijadikan alasan untuk melegitimasi apalagi melanggengkan kesalahan. Dalam siklus kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa menjalankan fungsi-fungsi thawaf. Orang-orang yang berthawaf di atas rel yang benar, mereka itulah disebut orang-orang yang berjalan di atas jalan yang lurus, jalan yang penuh kenikmatan: Ihdina al-shirath al-mustaqim, shirath al-ladzina an’amta ‘alaihim…”.

Orang-orang musyrik, yang melakukan loyalitas dan penghambaan ganda kepada lebih dari satu objek yang seharusnya disembah, sesungguhnya mereka telah menempuh rel menyimpang dalam kehidupan. Mereka inilah yang digambarkan Tuhan dalam Surah al-Hajj: Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS.Al-Hajj/22: 31).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.