Dark/Light Mode

Amerika Dan Detoks Politik Kita

Kamis, 6 Januari 2022 06:40 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Apakah Indonesia bisa seperti itu? Ada yang ingin program Jokowi gagal. Ada juga yang ingin program Anies Baswedan gagal. Atau, paling tidak, Jokowi atau Anies dicitrakan gagal.

Kenapa diwakili Jokowi dan Anies? Karena keduanya menjadi simbol fenomena politik polarisasi yang tak pernah padam itu. Di Pilpres maupun Pilkada DKI.

Baca juga : Flurona, Pirona Dan Garona

Kenapa mesti mengikatkan diri kepada dua pola atau dua kutub? Ini yang jadi masalah. Karena, politik bisa berubah dalam waktu sekian detik. Tidak ada yang abadi.

Kalau polarisasi terus berlangsung, maka siapa pun Presiden hasil Pilpres 2024 nanti, pola penyikapan seperti ini akan terus berkembang. Akibatnya, sebaik apa pun programnya, akan ditolak. Seburuk apa pun kinerja atau kebijakannya, pasti didukung.

Baca juga : Tahta Dan "Rakyat Gorengan"

Ini tidak sehat. Karena pendekatannya tidak lagi obyektif. Pendekatannya lebih kepada “orang kita atau bukan. Calon kita atau bukan”. Ini tidak membawa bangsa ini kepada level yang lebih tinggi.

Melanggengkan polarisasi ini hanya menguntungkan para politisi atau pihak tertentu. Memberi energi kepada kelompok yang ingin memecah belah bangsa demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Baca juga : Tahun Baru Dan 2 Agenda

Mempertahankan polarisasi berarti memberi tenaga kepada mereka yang ingin melihat rakyat sibuk berantem sehingga melupakan isu-isu penting yang disembunyikan. Menggembirakan mereka yang menari di belakang panggung yang hingar-bingar.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.