Dark/Light Mode

2024, Bukan "Politik Gentong"

Selasa, 26 Oktober 2021 07:07 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Kok dinamakan “pork barrel politics”, gentong atau tong babi? Rupanya ini berasal dari kebiasaan pada masa perang saudara di Amerika (1861-1865).

Saat itu, para tuan atau pemilik budak memberikan daging babi asin kepada para budak kulit hitam. Dagingnya dimasukkan gentong. Para budak memperebutkan gentong itu. Namun, mereka harus menggelar lomba atau adu kuat terlebih dahulu. Tidak diberikan cuma-cuma.

Baca juga : "Sportswashing"

Praktik perebutan tong inilah yang kemudian disematkan kepada mereka yang juga memperebutkan dan menunggangi anggaran. Istilah ini memiliki citra negatif.

Di banyak negara, praktik menggunakan atau menumpang anggaran negara untuk kepentingan dan citra pribadi ini, dikenal dengan istilah beragam. Namun, praktiknya sama.

Baca juga : "Mengutuk Ingatan"

Di Indonesia, politik seperti ini pernah heboh, misalnya, ketika ada yang mengusulkan supaya setiap anggota DPR mendapat dana aspirasi Rp15 miliar per daerah pemilihan. Isu ini sempat ramai sekitar tahun 2010. Atau, saat pilkada, ketika ada beberapa petahana yang menempel foto pribadinya di proyek atau program pemda.

Apakah politik semacam ini masih ada di Indonesia? Semoga saja tidak ada. Semoga juga tidak dipraktikkan para pejabat negara yang saat ini sedang gencar mensosialisasikan diri untuk Pilpres 2024.

Baca juga : Capres "All Indonesian Final"

Sama seperti judul berita Rakyat Merdeka, kemarin, karena “Musim Pemilu Datang Lebih Awal, 17 Menteri Parpol Jangan Hilang Fokus”.

Juga jangan sampai kehilangan bergentong-gentong kepercayaan rakyat. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.