Dark/Light Mode

Tunda Dulu Ambisi Ekspor Beras (2/Selesai)

Jumat, 27 Agustus 2021 08:20 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

 Sebelumnya 
Berapa sesungguhnya prediksi produksi dan konsumsi beras nasional hingga Desember 2021? Apakah pemerintah sudah melakukan analisis dan kalkulasi yang secermatnya? Saya ragu.            

Kemarin, kami menghadiri webinar tentang topik ini, yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tananam Pangan, Kementerian Pertanian. Sebagian yang hadir adalah petinggi dan/atau mantan petinggi Kementan. Awalnya, terjadi perdebatan yang cukup panas antara beberapa hadirin. Salah satunya, malah memprediksi tahun ini Indonesia bakal defisit beras, berdasarkan angka dari KSA (Kerangka Sampel Area, BPS), November dan Desember, kita akan mengalami defisit beras dengan perhitungan sebagai berikut:.                                 - - Luas Tanah GKG Prod. beras Konsumsi surplus/defisit  

Baca juga : Tunda Dulu Ambisi Ekspor Beras (1)

- Nov 2021 591.000 Ha 3,31 jt ton 1,90 jt ton 2,43 jt ton - 0,53 juta ton

- Des 2021  358.000 Ha 1,93 jt ton 1,11 jt ton 2,51 jt ton -1,40 juta ton

Baca juga : Renungan Atas Jatuhnya Kabul

Perhatikan luas tanah yang diperkirakan susut seluas 233.000 hektar dalam tempo satu bulan. Dengan sendirinya, produksi gabah kering giling dan beras mengalami susut. Pada saat yang bersamaan, konsumsi beras meningkat, mungkin karena ada Hari Raya, sehingga pada Nopember dan Desember kita memgalami defisit beras. Namun, hitung-hitungan ini dengan cepat direvisi karena kesalahan input data. Kementan memperkirakan hingga akhir tahun 2021, Indonesia memiliki stok beras 10 juta ton.            

Kami enggak tahu persis sejauh mana akurasi hitung-hitungan yang dilakukan oleh KSA. Ketika kami bertanya apakah data KSA bisa dikatakan the whole truth? Tiada seorang pun peserta webinar yang bisa menjawab. Maklum, data BPS tidak jarang membingungkan pemerintah dan publik. Hitung-hitung jumlah orang miskin yang berhak mendapatkan bansos pun tidak akurat sehingga kerap terjadi kekacauan di lapangan.

Baca juga : Hiruk-Pikuk Hibah Rp 2 Triliun

Oleh sebab itu, sebaiknya ambisi pemerintah untuk ekspor beras ditahan dulu. Perhitungan produksi dan konsumsi beras harus betul-betul akurat. Lebih baik Kementan fokus untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan petani. Bukan rahasia lagi, petani pekerja kita masih sangat memprihatinkan kesejahteraannya. Penghasilan buruh petani lebih rendah dari pekerja kuli bangunan. Berdasarkan data BPS, upah buruh petani tahun 2009 hanya Rp. 38.278,- per hari.            

Apa kebanggaan kita menggenjot produksi beras, bahkan mengekspor beras jika sebagian besar keluarga petani kita hidup sangat menyedihkan?  (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.